ALIRAN-ALIRAN TAREKAT YANG MU’TABAROH DAN GHAIRU MU’TABAROH
Diajukan Guna
memenuhi tugas
mata kuliah:
ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu:
Atika Ulfia Adlina, M.S.I
Disusun Oleh:
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH/PAI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELKANG
Tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah
dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah.
Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah bimbingan seorang guru
atau syekh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri
kepada Allah merupakan hakekat Tarekat yang sebenarnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan
tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah.
Di dalam ilmu Tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukkan kepada
aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan
bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat,
tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islam, seperti:
Shalat, puasa, zakat, haji, dan sebaginya. Yang semuanya itu merupakan jalan
atau cara mendekatkan diri kepada Allah dengan tuntunan dan bimbingan seseorang
syekh melalui bai’at.
Oleh karena itu, pemakalah akan membahas tentang aliran-aliran
tarekat mu’tabaroh dan ghairu mu’tabaroh.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pengertian Tarekat?
2.
Bagaimana sejarah timbulnya tarekat?
3.
Bagaimana Aliran-aliran tarekat mu’tabaroh
4.
Bagaimana Aliran-aliran tarekat ghairu mu’tabaroh?
C.
TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui pengertian tarekat.
2.
Untuk mengetahui sejarah timbulnya tarekat.
3.
Untuk mengetahui aliran-aliran tarekat mu’tabaroh dan ghairu
mu’tabaroh.
BAB II
PEMBAHSAN
A.
PENGERTIAN TAREKAT
Asal kata “Tarekat” dalam bahasa arab ialah thariqah yang berarti
jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang
ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari
syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq.
Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan
mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat
berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada anak jalan tanpa ada jalan utama
tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat
yang memikat itu tidak ditaati lebih terdahulu dengan seksama.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata thariqah menarik
perhatian kaum sufi dan mereka menjadikannya sebagai istilah khusus yang
mempunyai arti tertentu. Menurut L. Massignon, bagaimana dikutip oleh aboe
Bakar atjeh, thariqah dikalangan sufi mempunyai dua pengertian. Pertama,
cara pendidikan akhlak dan jiwa mereka yang berminat menempuh hidup sufi. Arti
seperti ini dipergunakan oleh kaum sufi pada abad ke 9 dan ke 10 M. Kedua,
thoriqah berarti suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan
rohani dan jasmani dalam segolongan orang islam menurut ajaran keyakinan
tertentu.
Sementara menurut Harun Nasution, Tarekat berasal dari kata Thariqah
yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada
sedekat mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung arti organisasi
(Tarekat). tiap tariqat mempunyai syekh, upacara ritual, dan bentuk dzikir
sendiri. Sejalan dengan ini Martin Van Bruinessen menyatakan istilah “tarekat”
paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya
yang asli merupakan paduan yang khas dari doktrin, metode, dan ritual. Akan
tetapi istilah ini pun sering dipakai untuk mengacu kepada organisasi yang
menyatukan pengikut-pengikut jalan tertentu.
B.
SEJARAH TIMBULNYA TAREKAT
Ditinjau dari Historisnya, sulit diketahui dengan pasti. Namun, Dr.
Kamil Musthofa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan tasawuf dan gerakan
syi’ah mengungkapkan, tokoh pertama yang mengenalkan sistem thariqah (tarekat)
itu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di Bagdad, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir
dengan dengan Tarekat Rifa’iyyah, dan jalal Ad-Din Ar-Rumi.
Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Gazali menghalalkan
tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, Tasawuf berkembang di dunia Islam,
tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut
sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan
ajaran-ajaran tsawuf gurunya.
Organisasi serupa mulai timbul pada abad ke-12 M, tetapi belum
menonjol dan baru tampak perkembangannya pada abad berikutnya. Di samping untuk
pria, ada juga tarekat untuk wanita, tetapi tidak berkembang dengan baik
seperti tarekat untuk pria.
Teori lain sejarah kemunculan tarekat dikemukakan Jhon O. Voll. Ia
menjelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal sejarah
Islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan sepiritual personal mereka
dengan melibatkan praktik-praktik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustakaan
tentang kesalehan. Para sufi ini kadang-kadang terlibat konflik dengan
otoritas-otoritas dalam komunitas Islam dan memberikan alternatif terhadap
oriaentasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan oleh kebanyakan
ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur penting dalam
kehidupan keagamaan di kalangan penduduk awam dan mulai mengumpulkan
kelompok-kelompok pengikut yang diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan
tasawuf khusus (tarekat) sang guru. Menjelang abad ke-12 M (Ke-5 H),
jalan-jalan ini meulai menyediakan basis bagi pengikutan yang lebih permanen,
dan tarekat-tarekat sufi muncul sebgai organisasi sosial utama dalam komunitas
Islam.
Tarekat-tarekat di seluruh Dunia islam mengambil beragam bentuk.
Rentangnya mulai dari tarekat sederhana berupa serangkaian kegiatan ibadah
hingga organisasi antar wilayah yang amat besar dengan setruktur yang
didefinisikan secara hati-hati.
Pada awal kemunculannya, Tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu
khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa
di antarnya tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi yang
wafat pada tahun 1169 M, tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd
Al-Ghuzdawani yang wafat pada tahun 1220 M, tarekat Naqsabandiyah, yang
didirikan oleh Muhammad Bahruddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari yang wafat
pada tahun 1389 M di Turkistas, tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh oleh
Umar Al-Khalwati yang wafat pada tahun 1397 M.
C.
ALIRAN-ALIRAN MU’TABAROH
1.
Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang
diambil dari nama pendirinya Abd Al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan sebutan
Syekh ‘Abd Qadir Al-Jailani (1077-1166) atau quthb al-awliya’. Tarekat ini
menempati posisi yang amat penting dalam sejarah sepiritualitas Islam karena
tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal
munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Meskipun struktur organisasi
baru muncul beberapa dekade setelah kewafatannya, semasa hidupnya sang Syekh
telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran dan sikap umat islam.
Ia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahan spiritul.
Tarekat yang tergolong kepada grup
Qadariyah ini cukup banyak dan tersebar keseluruh negeri Islam. Praktik Tarekat
Qadariyah adalah dzikir (terutama melantunkan Asma’ Allah berulang-ulang).
Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada
dzikir yang terdiri atas satu, dua, tiga, dan empat. Dzikir dengan satu gerakan
dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma’ Allah melalui tarikan nafas panjang
yang kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi, diikuti penekanan dari jantung
dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga nafas kembali normal. Hal ini
harus diulang secara konsisten untuk waktu yang lama.
2.
Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan
pendirinya, yakni Abu Al-Hasan
Asy-Syadzili (1196-1258). Selanjutnya, nama tarekat ini dinisbatkan kepada
namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan
tarekat-tarekat yang lainnya. Syadziliyah menyebarluas di sebagian besar Dunia
Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat
di Mesir, 14 cabngnya dikenal secara resmi pada tahun 1985.
3.
Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahruddin
An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari yang wafat pada tahun 1389 M di Turkistan. Tarekat
Naqsabandiyah mempunyai dampak dan pengaruh besar kepada masyarakat muslim
diberbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Dalam
perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke
India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan
pendirinya di daerah tersebut, seperti tarekat khalidiyah, Muradiyah,
Mujadidiyah, dan Ahsaniyah.
Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah adalah: pertama, mengikuti
syariat secara ketat, Keseriusan dalam beribadahyang menyebabkan penolakan
terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai dzikir dalam hati. Kedua, upaya
yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta
mendekati negara pada agama. Berbeda dengan tarekat yang lainnya, tarekat ini
tidak menganut kebijakan isolasi dari dalam menghadapi pemerintahan yang sedang
berkuasa saat itu. Sebaliknya, ia melancarkan konformasi dengan berbagai
kekuatan politik agar mengubah pandangan mereka.
4.
Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (w. 562 H/
1169 M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd
Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (w. 617 H/ 1220 M) kedua tarekat ini menganut
paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi dan Yusuf bin Ayyub
Al-Hamadani. Tarekat Yasifiyah berkembang ke berbagai daerah, antara
lain ke Turki. Di sana, tarekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya
yang diidentikkan kepada pendirinya
Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy. Tarekat ini sangat populer dan
pernah memegang peranan penting di turki yang dikenal dengan Korp Jenissari
yang diorganisasi oleh Murad I pada masa Turki Utsmani.
5.
Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalwati (w. 1397 M) dan
merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki,
Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, Tarekat Khalwatiyah didirikan oleh
Ibrahim Gulsheini (w. 940 H/ 1534 M) yang kemudian terbagi kepada
beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh
Muhammad bin Abd Karim As-Samani (1718-1775). Tarekat ini dikenal juga dengan
nama tarekat Hafniyah. Tarekat Khalwatiyah pertama kali muncul di turki
didirikan oleh Amir Sultan. Dari rumpunan mesopotamia yang berpusat di Irak,
paham tarekatnya bersumber dari Abu Al-Qasim Al-Junaidi yang melahirkan
berbagai tarekat dari berbagai garis silsilah. Akan tetapi, yang terkenal
adalah tarekat Suhrawardiyah yang didirikan oleh Abu Hafs As-Suhrawardi pada
tahun 632 H. Tarekat Kubrawiyah yang didirikan oleh Najmuddin Kubra, dan
tarekat Maulawiyah yang didirikan oleh jalaluddin Ar-Rumi. Tiap-tiap tarekat
ini kemudian kemudian menumbuhkan berpuluh-puluh cabang dengan berbagai nama
baru sesuai dengan nama pendirinya di mana ia tumbuh dan tersebar ke seluruh
dunia islam. Akan tetapi, tarekat Kubrawiyah terutama sangat berkembang di
India, sedangkan Maulawiyah tumbuh subur di kawasan Turki.
6.
Tarekat Syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syatar dari india beliau
wafat pada tahun 1485 M. tarekat ini dikembangkan pertama kali di Indonesia
oleh Abdurrauf Singkel di aceh yang kemudian menyebar ke jawa barat oleh Abdul
Muhyi, salah seorang murid Abdurrauf. Dari jawa barat, tarekat ini menyebar ke
jawa tengah dan jawa timur. Tarekat ini tidak mementingkan syari’at termasuk
kewajiban shalat lima waktu, tetapi mementingkan shalat permanen (Shalat
da’im). Barang kali inilah salah satu faktor yang menarik minat kaum abangan di
jawa untuk memasuki tarekat ini di samping untuk memperoleh kesaktian. Adapun
dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang sebenarnya tidak begitu erat
hubungannya dengan praktik ritualnya.
7.
Tarekat Rifa’iyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i (1106-1182).
Tarekat sufi suni ini memainkan peran penting dalam pelembagaan sufisme.
Kemungkinan besar, hingga abad ke-15, Rifa’iyah merupakan tarekat sufi pertama
yang paling tersebar luas. Setelah itu, popularitas Rifa’iyah berlanjut di
Dunia Arab. Di sana pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, tarekat ini memiliki
jumplah tekke terbesar. Sejak itu, tarekat ini mengalami kemunduran
hingga belakangan ini. Meskipun terdapat di tempat-tempat lain, tarekat ini
paling signifikan berada di Turki, Eropa Tenggara, Mesir, Palestina, suriah,
dan Irak, dan sedang muncul di Amerika Serikat. Dari segala praktik kaum
rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat. Karena inilah, mereka mereka disebut
“Darwis melolong”. Sebelumnya, sebagian kaum Rifa’iyah terkenal karena
mengikutkan praktik upacara seperti menusuk kulit dengan pedang dan makan kaca.
8.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu
Qadariyah dan Naqsabandiyah. Hanya saja, menurut martin van Bruinessen,
gabungan dari dua tarekat ini menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri, bukan
merupakan penggabungan dari dua tarekat berbeda yang diamalkan bersama-sama.
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di
mekah pada pertengahan abad ke-19. Tarekat ini merupakan yang paling
berpengaruh dan tersebar secara meluas di jawa saat ini.
9.
Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abdul Al-Karim Al-Madani
Asy-Syafi’i As-Samman (1130-1189/1718-1775). Sammaniyah adalah tarekat yang
pertama mendapat pengikut massal di Nusantara. Hal menarik dari tarekat ini
yang menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan
syathahat yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan syari’at. Dalam kitab Manaqib
Syekh Al-Waliy Asyahir sendiri jelas disebutkan bahwa Syekh Samman adalah
seorang sufi yang telah menggabungkan antara syari’at dan tarekat.
10.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh syekh Ahmad bin Muhammad At-Tijani
(1150-1230 H/ 1737-1815 M) yang lahir di ‘Ain Madi, Aljazair selatan, dan
meninggal di Fez, Maroko, dalam usia 80 tahun. At-tijani diyakini oleh
pengikutnya sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi dan memiliki
banyak keramat karena didukung oleh faktor geologis, tradisi keluarga, dan
proses penempaan dirinya. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari dua
jenis. Pertama, wirid wajibah, yakni wirid-wirid yang wajib diamalkan oleh
setiap murid Tijaniyah, tidak boleh tidak, dan yang memiliki ketentuan
pengalaman dan waktu serta menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid
Tijaniyah. Kedua, wirid ikhtiyariyah, yakni wirid yang tidak mempunyai
ketentuan kewajiban untuk diamalkan dan tidak menjadi ukuran sah atau tidaknya
menjadi murid Tijaniyah.
11.
Tarekat Chistiyah
Chistiyah adalah salah
satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Asal usul tarekat ini dapat dilacak
hingga abd ke-3 Hijriyah. Di kota Chis – dari kata ini tarekat itu menamakan
dirinya – yang dalam wilayah afganistan modern terletak beberapa kilometer di
timur Harrat. Tarekat ini menyebar keseluruh kawasan yang kini merupakan
wilayah India, Pakistan, dan Banglades. Namun, tarekat ini hanya terkenal di India.
Pendiri tarekat ini di India adalah Khwajah Mu’in Ad-din Hasan, yang lebih
populer dengan panggilan Mu’in Ad-din Chisti.
12.
Tarekat Mawlawiyah
Nama Mawlawiyah berasal dari kata “Maulana” (guru kami),
yaitu gelar yang diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din
Ar-Rumi.oleh karena itu Rumi adalah pendiri tarekat ini yang didirikan sekitar
15 tahun terahir hidup Rumi. Walaupun tidak terlalu besar dibandingkan,
misalnya Naqsyabandi, tarekat ini masih bertahan hidup hingga ahir-ahir ini.
Salah satu mursyid dan sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari
tarekat ini adalah Syekh Al-Kabir Helminski yang bermarkas di California,
Amerika Serikat.
13.
Tarekat Ni’matullahi
Tarekat Ni’matullahi adalah suatu madzhab sufi persia yang segera
setelah berdirinya dan mulai berjaya abad ke-8-14 mengalihkan loyalitasnya
kepada syi’i Islam. Tarekat ini didirikan oleh syekh Ni’matullah wali (lahir
sekitar 1329), seorang tokoh terkemuka dalam tarekat ma’rufiyah. Tarekat ini
secara khusu menekankan pengabdian (khidmat) dalam pondok sufi itu sendiri.
Pengabdian ini dilakukan sesuai kode etik (adab) yang sangat tua dan dijabarkan
secara terperinci.
14.
Tarekat Sanusiah
Tarekat sanusiah yang menyebar luas dan berpengaruh di wilayah
Afrika Utara, terutama Libia, termasuk tarekat yang belum lama didirikan, pada
paruh pertama abad ke-19. Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Ali
As-Sanusi yang bisa dipanggil dengan “sanusi Agung” (Lahir- menurut satu versi-
22 desember 1787). Dalam tarekat ini, dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau
sendirian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan untuk “melihat nabi” ketimbang
“melihat Allah”, sehingga tidak dikenal “keadaan ekstantis” sebagaimana yang
ada pada tarekat lain. Untuk “melihat Nabi”, pelantun dzikir harus konsentrasi
membayangkan diri Nabi di dalam hatinya sampai ia dapat melihatnya.
D.
ALIRAN-ALIRAN GHOIRU MU’TABAROH
1.
Tarekat Akmaliyah (Haqmiyah).
2.
Tarekat Shiddiqiyah.
Tarekat
Wahidiyah.