Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah
Abu Hasyim al Kufi (zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul
Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh
sufi dari Iran 376-465 H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H.
Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul
secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu itu belum
diketahui adanya orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran
Zuhud (penganutnya disebut zahid).
Seperti diketahui dalam sejarah, para zahid besar dalam abad ke 2
H. (seperti al Hasan al Basri, abu Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin
Iyad, Rabi’ah al Adawiyah dan Makruf al Karkhi) dan lebih-lebih lagi mereka
yang hidup pada abad2-abad berikutnya (eperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al
Bagdadi, al Harawi, al Gazali, Ibn Sab’in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin
ar Rumi) telah mengolah atau mengembangkan sikap atau emosi agamadalam hati
mereka dengan kesungguhan yang luar biasa. Sebelum munculnya Ar Rabbi’ah al
Adawiyah (w.185 H) tujuan tasawuf yang diupayakan oleh para zahid menurut
penilaian para ahli, tidak lain dari terciptanya kehidupan yang diridhai oleh Tuhan
didunia ini, sehingga di akhirat terlepas dari azab Tuhan (neraka) dan
memperoleh surga-Nya.
Untuk tiba pada identifikasi akhir tasawuf denga thariqah, yang
kita ketahui terjadi pada abad ke 3 H, kita harus meneliti apa yang sebenarnya
terjadi dalam tradisi Islam yang mengakibatkan timbulnya tasawuf. Ada sejumlah
peristiwa yang berlangsung pada masa itu, yang kesemuanya membuat tasawuf
mengemuka : 1) kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu; 2)
semakin mantapnya aliran-aliran yurisprudensi eksetorik; 3)
pernyataan-pernyataan kaum syi’ah mengenai para imam; 4) munculnya filsafat
Islam; 5) meningkatnya formalism ahli-ahli hokum; dan 6) tuntutan untuk
memastikan bahwa pesan integral dari wahyu, sejak saat itu dikaitkan dengan
tasawuf. Jika diperhatikan keenam hal tersebut, kelihatan kaitan erat dengan
kemunculan tasawuf.
Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari
segi sumber perkembangannya, ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan
muslim maupun dikalangan non muslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa
tasawuf islam merupakan sebuah faham yang bersumber dari agama-agama lain.
Pandangan ini kebanyakan diwakili oleh para orientalis dan orang-orang yang
banyak terpengaruh oleh kalangan orientalis ini.
Dengan tidak bermaksud untuk tidak melibatkan diri pada persoalan
pro dan kontra itu, dalam tulisan ini, kami akan mempertengahkan paham tasawuf
dalam tinjauan yang lebih universal karena tentang asal usul atau ajaran
tasawuf, kini semakin banyak orang menelitinya. Kesimpulannya perbedaan paham
itu disebabkan pada asal usul tasawuf tersebut. Sebagian beranggapan bahwa
tasawuf berasal dari masehi (Kristen), sebagian lagi mengatakan dari unsur
Hindu-Budha, Persia, Yunani, Arab, dan sebagainya. Untuk itulah, kami akan menguraikan
asal usul tasawuf dalam konteks kebudayaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat apakah tasawuf yang ada di dunia islam terpengaruhi dengan konteks
kebudayaan tersebut atau tidak.
1.
Unsur
Nasrani (Kristen)
Bagi mereka yang berbbanggpan bahwa tasawuf berasal dari unsur
Nasrani, mendasarkan argumennya pada dua hal. Pertama, adanya interaksi antara
orang Arabdan kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun zaman islam. Kedua adanya
segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau sufi dalam hal ajaran
cara mereka melatih jiwa dan mengasingkan diri dengan kehidupan Al-masih dan
ajaran-ajarannya, serta dengan para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.
2.
Unsur
Hindu Budha
Tasawuf dan system kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan,
seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan
mujahadah pada tasawuf dan ajaran hindu. Demikian juga pada paham reinkarnasi,
cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan
mengingat Allah.
3.
Unsur
Yunani
Kebudayaan Yunani seperti Filsafat, telah masuk ke dunia islam pada
akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah ketika
berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani.
4.
Unsur
Persia dan Arab
Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada
bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun belum ditemukan
argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan kerohanian Arab masuk ke
Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai ahli-ahli tasawuf.
Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut
agama manu dan mazdaq; antara istilah hakikat Muhammad dan paham Hormuz dalam
agama zarathustra.
A.
Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf Dalam Islam
Pertumbuhan Tasawuf Jauh
sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli Mistik yang menghabiskan
masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya; antara lain terdapat
pada India Kuno yang beragam Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut
dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut al-hukama’ul uroh oleh
penulis Arab. Yang dapay diartikan sebagai orang-orang bijaksana yang
berpakaian terbuka. Hal tersebut dimaksudkan, karena ahli-ahli mistik
orang-orang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya.
Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa nash yang mengandung ajaran
tasawuf yaitu:
1.
Nash-nash
al-qur’an, antara lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: : Hai orang-orang
yang beriman berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang”.
2.
Nash-nash
hadits yang antara lain artinya berbunyi;” Bersabda Rosulullah saw: takutilah
firasat orang-orang mu’min, karena ia dapat memandang dengan nur (petunjuk
Allah). H.R.Bukhary yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi.
Kehidupan Rosulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi
yang sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah,
yang sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.
Perkembangan Tasawuf.
a.
Pada
abad pertama dan kedua Hijriyah
1.
Perkembangan
tasawuf pada masa sahabat
Para sahabat
juga mencontohi kehidupan rosulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya
hanya semata-mata diabdikan kepada tuhannya.
Beberapa
sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai maha guru
bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan shufi,
para sahabat-sahabat tersebut antara lain, Khulafaurrasyidin, Salman
Al-Farisiy, Abu Dzarr Al-Ghifary, dll.
2.
Perkembangan
tasawuf pada masa tabi’in
Ulama-ulama
sufi dari kalangan tabi’in adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan
shahabat. Kalau berbicara tasawuf dan perkembangannya pada abad pertama, dengan
mengemukakan tokoh-tokohnya dari kalangan shahabat, maka pembicaraan
perkembangan tasawuf pada abad kedua dengan tokoh-tokohnya pula. Tokoh-tokoh
ulama sufi Tabi’in antara lain, Al-Hasan Al-Bashry,Rabi’ah Al-Adawiyah, Sufyaan
bin sa’id Ats-Tsaury, Daud Ath-Thaaiy, dll.
b.
Pada
abad ketiga dan keempat hijriyyah.
1.
Perkembangan
tasawuf pada abad ketiga hijriyyah
Pada abad ini
perkembangan tasawuf pesat, hal ini ditandai dengan adanya segolongan ahli
tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa
itu, sehingga mereka membaginya ke dalam tiga macam, yakni; Tasawuf yang
berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan Metafisika. Tokoh-tokoh sufi pada masa
ini diantaranya; Abu Sulaiman Ad-Daaraany, Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy,
Abul Faidh Dzuun Nun bin Ibrahim Al-Mishry, dll.
2.
Perkembangan
tasawuf pada abad ke empat hijriyyah
Pada abad ini
ditamdai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan
kemajuannya di abad ketiga hijriyyah, karena usaha maksimal para ulama tasawuf
untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Tokoh-tokoh sufinya antara
lain Musa Al-Anshaary, Abu Hamid bin Muhammad, Abu Zaid Al-Adamy, Abu Ali Muhammad
bin Abdil Wahhab, dll.
c.
Pada
abad kelima hijriyyah
Disamping
adanya pertentangan yang turun temurun antara Ulama sufi dengan ulama Fiqih,
maka pada abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika berkembangnya mahzab
Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu suatu mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan
pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa
dunia ini harus diatur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima petunjuk
dari Rosulullah saw.
Menurut mereka
ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini yang disebut sebagai imam mahdi,
yang akan mmenjelma ke dunia dengan membawa keadilan dan memurnikan agama islam.
Kedua belas imam itu adalah:
- Ali bin Abi
Thalib
- Hasan bin Ali
- Husein bin
Ali
- Ali bin
Husein
- Muhammad
Al-Baakir bin Ali bin Husein
- Ja’far shadiq bin Muhammad Al Baakir
- Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq
- Ali Ridhaa bin Kazhim
- Muhammad
Jawwad bin Ali Ridha
- Ali Al-Haadi bin
Jawwaad
- Hasan Askary bin Al-Haadi
- Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
d.
Pada
abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah
1.
Perkembangan
tasawuf pada abad keenam Hijriyyah; para ulama yang sangat berpengaruh pada
zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, Al-Ghaznawy,
2.
Perkembangan
tasawuf pada abad ketujuh Hijriyyah; ada beberapa ahli tasawuf yang berpengaruh
di abad ini diantaranya; Umar Abdul Faridh, Ibnu Sabi’iin, Jalaluddin Ar-Ruumy,
dll.
e.
Pada
abad kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya.
Dalam
beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia islam,
artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh dan
kedelapan Hijriyyah. Factor yang menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini
antara lain; ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat
islam. Serta adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani ynag menguasai
seluruh negeri islam.
0 komentar:
Posting Komentar