Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Hadist Tarbawi
Dosen
Pengampu : In'ami, M.Ag
Disusun
Oleh:
Kelompok
1
1. Halimi (1310110007)
2. Imam Kharomain (1310110118)
3. Ahmad Muhtar (1310110119)
4. Nusrotul Auliya (1310110310)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang
disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang
paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya
dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya.
Islam memiliki perhatian yang sangat
besar terhadap ilmu pengetahuan. AlQuran dan Hadis sebagai pedoman umat Islam
banyak sekali mendiskripsikan tentang ilmu pengetuan serta pentingnya
memperoleh ilmu baik dengan membaca, menganalisa maupun menuliskannya
(mengamalkannya).
Setiap proses dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan amatlah berharga dalam pandangan Islam, karenanya beberapa ayat
dalam AlQuran menjelaskan tentang pentingnya hal ini, sehingga hasil dan
manfaat yang amat besar akan diperoleh manusia yang berilmu baik dalam
kehidupannya didunia (bermasyarakat) maupun diakhirat kelak,sebagaimana
firmanNya dalam Q.S Al-Mujadalah: 11, yang artinya “Allah akan meninggikan
orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa menuntut
ilmu itu sangat penting bagi kehidupan dunia maupun akhirat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan
dan Keutamaan Orang berilmu?
2. Bagaimana Terjemah Hadist tentang Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan
orang berilmu?
3. Bagaimana Pembahasan Hadist-hadist yang
Menjelaskan Tentang Ilmu Pengetahuan dan keutamaan orang Berilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadist Tentang
Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang Berilmu
1.
Perumpamaan Mengajarkan
Ilmu
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى
وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا
نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ
وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ
فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا
هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ
فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ
وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى
اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
2.
Respon Terhadap
Majlis Ilmu
عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اَلْلَيْشِيِ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَا لِسٌ فِيْ
الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ اِذْ أَقْبَلَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ فَأَقْبَلَ
اِثْنَانِ اِلى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ
قَالَ فَوَقَفَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا
أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِيْ الْحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيْهَا وَأَمَّا الْا
خَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا الثّاَلِثُ فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا
فَرَغَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ
عَنِ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى اِلَى اللهِ فَأَواهُ
اللهُ وَأَمَّا الْاَ خَرُ فَاسْتَحْيَاَ فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ وَأَمَّا الْا
خَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ (رواه البخاري و مسلم)
3. Kelebiahan
orang yang berilmu dari pada orang yang ahli ibadah
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: فَضْلُ العَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الَكَوَاكِبِ, وَاِنَّ الْعُلَمَاءِ
وَرَثَةُ الاَنْبِيَاءِ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا اِنَّمَا
وَرَثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ اَخَذَهُ اَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. - رواه ابو داود
والترمذي
B.
Terjemah Hadist
Tentang Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang Berilmu
1.
Telah
menceritakan kepada kami muhammad bin ‘Ala’, telah menceritakan kepada kami
Hammad bin Usammah dari buraid bin Abdullah, dari Abu Burdah dari Abu Musa dari
Nabi SAW, beliau bersabda: “perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku
dengan membawanya seperti hujan yang lebat yang mengenai tanah. Diantara tanah
itu ada jenis tanah yang mampu menyerap air sehingga dapat menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan diantaranya ada tanah yang
keras lalu menahan air (menggenang) sehingga dapat diminum oleh manusia,
memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada
permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan menumbuhkan
tanaman. Perumpamaan ini adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat
memanfaatkan apa yang aku diutus dengannya dia mempelajarinya dan
mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat
dan menerima hidayah Allah. Dengan apa aku diutus dengannya.”[1]
2.
Dari Abu Waqid
Al-Laitsi, bahwa Rasulullah SAW ketika sedang duduk bermajelis di masjid
bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi saw
dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi saw dimana
satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi saw sedang yang
kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, setelah
Rasulullah saw. selesai bermajelis, beliau bersabda: “Maukah kalian aku
beritahu tentang ketiga orang tadi?” Adapun seorang diantara mereka, dia
meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia
malu kepada Allah, Maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga
berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya”.[2]
3.
"Dari Abu Darda: Saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Kelebihan seorang alim dari seorang abid
(orang yang suka beribadah) seperti kelebihan bulan pada bintang-bintang, dan
sesungguhnya para ulama itu pewaris nabi-nabi, mereka tidak mewariskan dinar (uang),
tetapi mewarisi ilmu, siapa yang mengambilnya maka ambillah dengan bagian yang
cukup." (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
C.
PEMBAHASAN
Pembahasan
Hadist yang pertama, Hadist diatas menjelaskan tentang:
1.
Perumpamaan orang yang faham agama
(orang yang berilmu pengetahuan) lalu memanfaatkannya.
2.
Perumpamaan orang yang belajar
(peserta didik) dan mengerjakan ilmu (Pendidik).
3.
Perumpamaan orang yang tidak dapat
mengangkat derajatnya karena tidak berilmu pengetahuan dan tidak menerima
hidayah Allah, walau telah ada ajaran Nabi saw.[3]
Pembahasan Hadist yang
kedua, hadist menjelaskan mengenai etika dalam belajar atau menuntut ilmu.
Menuntut ilmu itu dimulai dengan niat, karena niat itu akan menentukan hasil
suatu pekerjaan. Dalam menuntut ilmu hendaklah dengan niat mengharap Ridha
Allah. Dalam hadist lain disebutkan akan pentingnya berniat menuntut ilmu.
Diantara pelajaran penting dari berniat menuntut ilmu ialah:
1.
Dalam menuntut ilmu hendaklah
berniat mengharap ridha Allah.
2.
Niat menentukan hasil dari amal
seseorang.
3.
Menuntut ilmu haruslah dengan hati
yang ikhlas, agar ilmu tersebut dapat ridha Allah dan manfaat.
4.
Sikap orang yang belajar (peserta
didik) hendaknya menghormati dan menghargai orang yang mengajar (pendidik).
Seorang yang sedang
belajar atau peserta didik setidaknya mempunyai dua sikap, yaitu sikap sebagai
pribadi dan sikap sebagai penuntut ilmu (peserta didik). Sebagai pribadi
seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa, agar mudah menangkap
pelajaran, menghafal dan mengamalkannya.
Sebagai murid atau peserta didik seorang murid haruslah
bersikap rendah hati pada ilmu dan guru (pendidik), selalu berusaha menjaga
keridhaan pendidiknya, karena keridhaan pendidik sangat berpengaruh dengan
berkat tidaknya ilmu yang diberikan oleh seorang pendidik.[4]
Ilmu adalah isim masdar
dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Secara
istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.
Ilmu adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segala kenyataan dalam alam manusia. Ilmu bukan sekedar
pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu.[5]
Karena
pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama
menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang
akan dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu, berdasarkan sabda Rasulullah
SAW:
طلب العلم
فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-laki
dan orang islam perempuan”.
Peranan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu
pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة: 11
Artinya: “Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa
derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu
derajat sejauh perjalanan 500 tahun.[6]
Rasulullah bersabda
tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :
مَن سَلَكَ طَرْيقًا َيلْتَمِسُ
فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم
Barang siapa yang menempuh suatu
jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)[7]
Hadits di atas memberi
gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat. Karena
dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu
pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut
ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah.[8]
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas
tempat, dan juga tidak mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua.
Kewajiban menuntut ilmu dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis
ta’lim, pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang
diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Begitu banyak ayat
Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang yang
berilmu.
Firman Allah swt dalam Al qur'an :
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)". QS. Ali
Imran 18.
Dari ayat tersebut kita mengetahui bagaimana
kedudukan orang yang berilmu. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT
memulai dengan menyebut diriNya sendiri kemudian malaikat baru orang yang
berilmu. Maka cukup kiranya dengan ini buat kita pertanda kelebihan kejelasan
dan ketinggian orang-orang yang berilmu.
Pada ayat lain Allah swt berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟
إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِس فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ
لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍۢ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS. Al-mujaadilah: 11)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh sebab itu semua harus menyadari
tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan individu dan keshalehan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah, sebagaimana
dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan, kemulian dan
pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi kebahagiaan dan
keselamatan di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Suryani. 2012. Hadist
Tarbawi (Analisis Paedagogis dan Hadist-Hadist Nabi).Yogyakarta: Teras
Abdullah
Haidir, 2010, Hadist Arbain, Penerbit Indiva Pustaka, Surakarta.
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum
al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1.
Drs. Loekisno Choiril
Warsito, M.Ag dkk, 2012, pengantar filsafat, IAIN Sunan Ampel Press, Surabaya.
[1] Dra. Suryani ,
M.Ag, Hadist Tarbawi(Analisis Paedagogis dan Hadist-Hadist Nabi, Teras,
Yogyakarta, 2012, hal. 45
[2] Ibid.,
hal. 59
[3] Ibid.,
hal. 46
[4] Ibid.,
hal. 60
[5] Drs. Loekisno
Choiril Warsito, M.Ag dkk, pengantar filsafat, IAIN Sunan Ampel Press,
Surabaya, 2012, hal. 38
[7] Abdullah
Haidir, Hadist Arbain, Penerbit Indiva Pustaka, Surakarta, 2010, hal. 160
[8] Ibid, hal. 162