A. PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA BANI UMAYYAH
Pada Dinasti Bani Umayyah, mulai dari khalifah
Muawiyah ibn Abi Sofyan hingga pada masa-masa kejayaan dinasti ini, khususnya
pada pemerintahan khalifah Al-Walid Ibn Abdul Malik (705-715). Pada masanya
wilayah Islam diperluas dengan menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M.
Penaklukkan ini menandai keberhasilan gemilang kekuatan tentara islam pada
dibawah pasukan Thariq ibn Ziyad. Dari sinilah kemudian islam tersebar ke
daratan Eropa, sehingga sebagian wilayah Eropa menjadi wilayah kekuasaan dinasti
Bani Umayyah.[1]
Dinasti Bani Umayyah mengalaimi masa
kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuaasaan karena
banyak persoalan diantaranya: politik, Ekonomi, pemberontakan, dan lain-lain.
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
Dinasti al-Ayyubiyah dipimpin oleh Salahudin
Yusuf al-Ayyubi, Dinasti ini menguasai wilayah mesir, Afrika Utara, Nubia,
Hedzjaz, dan suriyah tengah, dan mendapatkan pengakuan dari bani Abbasiyah pada
tahun 1175M. Sepuluh tahun kemudian, beliau menaklukkan daerah Mesopotamia dan
menjadikan penguasa-penguasa setempat
sebagai pemimpinnya.
Selain memperluas daerah kekuasaan dengan
menaklukkan daerah-daerah Islam lainnya, sebagian besar dari usia Salahudin
Yusuf Al-Ayyubi dicurahkan untuk melawan pasukan Salib. Dalam kaitan itu, maka
pada 1170M Salahudin telah berhasil menaklukkan wilayah Masyhad dari tangan
Rasyiddin sinan. Kemudian pada tanggal 1, 3, dan 4 juli 1187. Beliau juga
berhasil merebut Tiberias, dan melancarkan perang Hattin untuk menangkis
serangan pasukan salib.
Dalam peperangan ini, pasukan perancis
berhasil berhasil diHancurkan. Yerusalem sendiri menyerah setelah selama lebih
kurang 3 bulan dikepung oleh tentara Salahudin Yusuf Al-Ayyubi. Tepatnya pada
tanggal 2 Oktober 1187, tentara perancis menyatakan menyerah pada pasukan
Salahudin Al-Ayyubi, sejak saat itulah suara Adzan terdengar kembali di
Masjidil Aqsho menggantikan suara lonceng gereja. Jatuhnya ibu kota kerajaan
Hattin ini memberi peluang baginya untuk lebih lanjut menaklukkan kota-kota
lain di Suriah dan palestina.
Setelah perang besar merebutkan kota Áka
(Acre), yang berlangsung pada tahun 1189-1191M dan peperangan itu dimenangkan
tentara Salib, maka kedua belah pihak mengadakan perjanjian bahwa daerah pesisir
dikuasai oleh pasukan Salib, sedangkan daerah pedalaman dikuasai pasukan umat
islam. Dengan demikian tidak ada lagi gangguan terhadap orang-orang Nasrani
yang akan berziarah ke Yerusalem, palestina. Salahudin menikmati perdamaian
hingga akhir hayatnya.[2]
C. PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA TURKI UTSMANI
Salah satu kerajaan besar
pada abad pertengahan yang turut mewarnai perjalanan sejarah Islam adalah
kerajaan Turki Utsmani yang juga dikenal dengan sebutan ottoman empire.
Kerajaan ini bertahan kurang
lebih enam abad yakni antara Tahun 1299-1922 M. Yang dipimpin oleh generasi
dari keturunan Utsman ibn Ertghul. Kerajaan Utsman mengalami perkembangan yang
pesat baik dalam bidang politik, ilmu seni dan lain-lain.
Kampanye Salim I (1467-1520)
melawan safawiyah, yang menghentikan kemajuan Iran, berkembang menjadi sebuah
perang penaklukkan yang membawa seluruh syria dan mesir dibawah kekuasaan
ottoman. Afrika utara dan Arabia juga dimasukkan ke Imperium ini. Ke barat,
Tentara ottoman melanjutkan penaklukkan mereka atas Eropa dan mencapai gerbang-gerbang Wina pada
1530an.
Kerajaan Turki Utsmani ini
juga menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan beragam kelompok
diantaranya: kristen, yahudi, Arab, Turki, Barbar, pedagang, Ulama, Tarekat,
dan kelompok pedagang. Untuk hidup bersama dengan aman. Kerajaan ini mencapai
puncaknya dibawah Sulaiman al-Qanuni (pembuat hukum), Yang dikenal sebagai
sulaiman agung. Imperium ini di dibagi-bagi
kedalam provinsi, yang diatur oleh seorang Gubernur (pasya) yang secara
langsung bertanggung jawab pada Istambul.
Pada Abad 18 Imperium Ottoman
berada dalam keadaan kritis. Perdagangan mengalami kemunduran lebih jauh lagi;
suku badui tidak terkendala di profinsi-provinsi Arab, dan Pasya lokal tidak
lagi dikelola secara layak oleh Istambul, sering korup dan mengeksploitasi
rakyat.[3]
D. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM DI EROPA
Kebudayaan Yunani pun
bergeser ke Dunia Timur, sebab Imperium Romawi menyelamatkan warisannya ke
konstantinopel. Ketika gelombang orang-orang Turki dan Moghul memasuki dunia
Islam, pertumbuhan kebudayaan Islam tidak mengalami kehancuran seperti yang
terjadi pada kebudayaan Eropa. Dan pada abad kesepuluh masehi, kebudayaan Islam
berhasil memasuki Eropa.
Kebudayaan Islam memasuki
eropa melalui Andalusia. Sebagian besar masyarakat Andalusia memelik agama
Kristen berada dalam pelukan kebudayaan Islam. Mereka malah meninggalkan bahasa
Ibu mereka dan memakai bahasa Arab. Dan para pendeta pun terpaksa menerjemahkan
Injil ke bahasa Arab.
Ketika kekuasaan kaum
Muslimin di silsilia dan Italia berhasil dipatahkan oleh orang-orang Normandia,
suatu unsur pemeluk agama Masehi dari Kawasan Eropa Utara. Orang-orang
Normandia mengagumi kebudayaan Islam, mereka menghiasi mahkota Raja mereka
dengan tulisan: “tiada Tuhan selain Allah”, memkai simbol para raja Muslim yang
berbunyi “segala Puji Bagi Allah”. Memakai serban seperti kaum Muslimin, dan
mengisi kegiatan Istana mereka seperti para penguasa Muslim. Para budak dan
pelayan mereka adalah kaum muslim dan ilmuan mereka adalah orang Muslim.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong. Karen. (2002). islam sejarah singkat. Yogyakarta: Jendela.
Abdul Mu’im Majid. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka.
Murodi. (2006). Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX dan kelas 1. semarang:
Karya Toha Putra.
[1] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 2,
Karya Toha Putra, Semarang: 2004, Hlm. 108.
[2] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX,
Karya Toha Putra, Semarang: 2006, Hlm. 90.
[3] Karen armstrong, islam sejarah singkat,
jendela, Yogyakarta, 2002, Hlm: 179-186.
[4] Abdul Mu’im Majid, Sejarah Kebudayaan
Islam, Pustaka, Bandung, 1997, Hlm: 180-184.
0 komentar:
Posting Komentar