Jumat, 27 Maret 2015

PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA

A.    PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA BANI UMAYYAH
Pada Dinasti Bani Umayyah, mulai dari khalifah Muawiyah ibn Abi Sofyan hingga pada masa-masa kejayaan dinasti ini, khususnya pada pemerintahan khalifah Al-Walid Ibn Abdul Malik (705-715). Pada masanya wilayah Islam diperluas dengan menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M. Penaklukkan ini menandai keberhasilan gemilang kekuatan tentara islam pada dibawah pasukan Thariq ibn Ziyad. Dari sinilah kemudian islam tersebar ke daratan Eropa, sehingga sebagian wilayah Eropa menjadi wilayah kekuasaan dinasti Bani Umayyah.[1]
Dinasti Bani Umayyah mengalaimi masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuaasaan karena banyak persoalan diantaranya: politik, Ekonomi, pemberontakan, dan lain-lain.
B.     PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
Dinasti al-Ayyubiyah dipimpin oleh Salahudin Yusuf al-Ayyubi, Dinasti ini menguasai wilayah mesir, Afrika Utara, Nubia, Hedzjaz, dan suriyah tengah, dan mendapatkan pengakuan dari bani Abbasiyah pada tahun 1175M. Sepuluh tahun kemudian, beliau menaklukkan daerah Mesopotamia dan menjadikan penguasa-penguasa  setempat sebagai pemimpinnya.
Selain memperluas daerah kekuasaan dengan menaklukkan daerah-daerah Islam lainnya, sebagian besar dari usia Salahudin Yusuf Al-Ayyubi dicurahkan untuk melawan pasukan Salib. Dalam kaitan itu, maka pada 1170M Salahudin telah berhasil menaklukkan wilayah Masyhad dari tangan Rasyiddin sinan. Kemudian pada tanggal 1, 3, dan 4 juli 1187. Beliau juga berhasil merebut Tiberias, dan melancarkan perang Hattin untuk menangkis serangan pasukan salib.
Dalam peperangan ini, pasukan perancis berhasil berhasil diHancurkan. Yerusalem sendiri menyerah setelah selama lebih kurang 3 bulan dikepung oleh tentara Salahudin Yusuf Al-Ayyubi. Tepatnya pada tanggal 2 Oktober 1187, tentara perancis menyatakan menyerah pada pasukan Salahudin Al-Ayyubi, sejak saat itulah suara Adzan terdengar kembali di Masjidil Aqsho menggantikan suara lonceng gereja. Jatuhnya ibu kota kerajaan Hattin ini memberi peluang baginya untuk lebih lanjut menaklukkan kota-kota lain di Suriah dan palestina.
Setelah perang besar merebutkan kota Áka (Acre), yang berlangsung pada tahun 1189-1191M dan peperangan itu dimenangkan tentara Salib, maka kedua belah pihak mengadakan perjanjian bahwa daerah pesisir dikuasai oleh pasukan Salib, sedangkan daerah pedalaman dikuasai pasukan umat islam. Dengan demikian tidak ada lagi gangguan terhadap orang-orang Nasrani yang akan berziarah ke Yerusalem, palestina. Salahudin menikmati perdamaian hingga akhir hayatnya.[2]
C.     PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA EROPA PADA MASA TURKI UTSMANI
Salah satu kerajaan besar pada abad pertengahan yang turut mewarnai perjalanan sejarah Islam adalah kerajaan Turki Utsmani yang juga dikenal dengan sebutan ottoman empire.
Kerajaan ini bertahan kurang lebih enam abad yakni antara Tahun 1299-1922 M. Yang dipimpin oleh generasi dari keturunan Utsman ibn Ertghul. Kerajaan Utsman mengalami perkembangan yang pesat baik dalam bidang politik, ilmu seni dan lain-lain.
Kampanye Salim I (1467-1520) melawan safawiyah, yang menghentikan kemajuan Iran, berkembang menjadi sebuah perang penaklukkan yang membawa seluruh syria dan mesir dibawah kekuasaan ottoman. Afrika utara dan Arabia juga dimasukkan ke Imperium ini. Ke barat, Tentara ottoman melanjutkan penaklukkan mereka atas  Eropa dan mencapai gerbang-gerbang Wina pada 1530an.
Kerajaan Turki Utsmani ini juga menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan beragam kelompok diantaranya: kristen, yahudi, Arab, Turki, Barbar, pedagang, Ulama, Tarekat, dan kelompok pedagang. Untuk hidup bersama dengan aman. Kerajaan ini mencapai puncaknya dibawah Sulaiman al-Qanuni (pembuat hukum), Yang dikenal sebagai sulaiman agung. Imperium ini di dibagi-bagi  kedalam provinsi, yang diatur oleh seorang Gubernur (pasya) yang secara langsung bertanggung jawab pada Istambul.
Pada Abad 18 Imperium Ottoman berada dalam keadaan kritis. Perdagangan mengalami kemunduran lebih jauh lagi; suku badui tidak terkendala di profinsi-provinsi Arab, dan Pasya lokal tidak lagi dikelola secara layak oleh Istambul, sering korup dan mengeksploitasi rakyat.[3]
D.    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM DI EROPA
Kebudayaan Yunani pun bergeser ke Dunia Timur, sebab Imperium Romawi menyelamatkan warisannya ke konstantinopel. Ketika gelombang orang-orang Turki dan Moghul memasuki dunia Islam, pertumbuhan kebudayaan Islam tidak mengalami kehancuran seperti yang terjadi pada kebudayaan Eropa. Dan pada abad kesepuluh masehi, kebudayaan Islam berhasil memasuki Eropa.
Kebudayaan Islam memasuki eropa melalui Andalusia. Sebagian besar masyarakat Andalusia memelik agama Kristen berada dalam pelukan kebudayaan Islam. Mereka malah meninggalkan bahasa Ibu mereka dan memakai bahasa Arab. Dan para pendeta pun terpaksa menerjemahkan Injil ke bahasa Arab.
Ketika kekuasaan kaum Muslimin di silsilia dan Italia berhasil dipatahkan oleh orang-orang Normandia, suatu unsur pemeluk agama Masehi dari Kawasan Eropa Utara. Orang-orang Normandia mengagumi kebudayaan Islam, mereka menghiasi mahkota Raja mereka dengan tulisan: “tiada Tuhan selain Allah”, memkai simbol para raja Muslim yang berbunyi “segala Puji Bagi Allah”. Memakai serban seperti kaum Muslimin, dan mengisi kegiatan Istana mereka seperti para penguasa Muslim. Para budak dan pelayan mereka adalah kaum muslim dan ilmuan mereka adalah  orang Muslim.[4]




DAFTAR PUSTAKA
Armstrong. Karen. (2002). islam sejarah singkat. Yogyakarta: Jendela.
Abdul Mu’im Majid. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam.  Bandung: Pustaka.
Murodi. (2006). Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX dan kelas 1. semarang: Karya Toha Putra.



[1] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 2, Karya Toha Putra, Semarang: 2004, Hlm. 108.
[2] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX, Karya Toha Putra, Semarang: 2006, Hlm. 90.
[3] Karen armstrong, islam sejarah singkat, jendela, Yogyakarta, 2002, Hlm: 179-186.
[4] Abdul Mu’im Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka, Bandung, 1997, Hlm: 180-184. 

0 komentar: